Kritik Pariwisata Belitung, Ahli Komunikasi Kantor Staf Presiden Sebut Butuh Game Changer

Agustinus Eko Rahardjo saat berpose di Pantai Tanjung Tinggi
Agustinus Eko Rahardjo saat berpose di Pantai Tanjung Tinggi. (IST/jojoraharjo.com)

BELITUNG, ONEKLIKNEWS.COM – Tenaga Ahli Madya Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden RI Agustinus Eko Rahardjo menyebut Belitung maupun Belitung Timur perlu memiliki game changer baru.

Hal tersebut menanggapi Pulau Belitung sebagai destinasi wisata menghadapi pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir ini sangat berdampak pada pariwisata.

Wartawan senior ini menyampaikan hal tersebut di blog-nya jojoraharjo.com usai melakukan perjalanan ke Belitung beberapa waktu lalu. Dalam tulisan tersebut, alumnus Universitas Airlangga ini menyebut, Beltim sebelumnya memiliki dua nama besar seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Yusril Ihza Mahendra.

Bahkan kedua tokoh tersebut dan keluarga besarnya turut menyumbangkan awareness (kesadaran) akan Beltim. Lebih dari itu, Rumah Ahok (sekarang Rumah Fifi) menjadi salah satu destinasi kunjungan wisata bagi turis yang datang ke Belitung.

Ahok pernah menjabat Bupati Belitung Timur, bahkan sang adik yakni Basuri Tjahaja Purnama juga pernah merasakan jabatan tersebut. Sedangkan dari keluarga Yusril, sang kakak yakni Yuslih Ihza juga menggantikan Basuri sebagai bupati.

“Selepas nama-nama itu, kini orang menantikan tokoh lain sebagai game changer, baik di Belitung maupun Belitung Timur. Dua kabupaten di wilayah penghasil timah yang kini memiliki pesona baru sebagai destinasi wisata favorit ini,” tulis pengelola portal www.presidenri.go.id ini.

Mantan Koordinator Liputan Senior CNN Indonesia TV ini juga mengungkapkan pengalamannya yang berbeda melihat Pulau Belitung dua tahun lalu. Saat itu, tepatnya pada 2019 lalu, Agustinus Eko Rahardjo sempat mengunjungi Belitung.

Terkesan Mati

Sebelum pandemi pariwisata di Pulau Belitung masih menjanjikan, dalam Museum Kata ada warung kopi, toko buku, dan juga monitor yang tak henti memutar film ‘Laskar Pelangi’. Selain itu resepsionis yang ramah siap menyapa pengunjung.

“Kini, semua lenyap. Menyisakan lokasi yang mereka klaim sebagai ‘The Phenomenal Selfie Spot’. Itu doang. Kemarin, kami melihat Museum Kata tutup dan replika SD Gantong tak punya atraksi lain kecuali sebagai spot foto,” kritik pria yang pernah berkarir di Tempo ini.

Lebih tegas, Agustinus Eko Rahardjo mengkritik banyak obyek wisata yang tak terkelola dan terkesan mati, terutama di Belitung Timur. Terlebih perjalanan ke Belitung Timur cukup memakan waktu kunjungan.

Ia juga menyarankan agar banyak eksplorasi event, meningkatkan keramahan agar tak menghilang. Selain itu juga perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah, BUMDes maupun travel agent dalam pengelolaan pariwisata.

“Terutama di Beltim sih. jauh-jauh ke sana obyeknya pada ‘mati’. Sayang cuma ketemu Museum Kata dan Replika SD yang hanya obyek kosong. Mungkin bagus kalau ada kerja sama tour and travel agency – pemkab – BUMDes dan lainnya, ada atraksi rutin, manikin atau boneka poster Andrea Hirata, Bu Guru Muslimah dan lainnya,” tambah Agustinus Eko Rahardjo.

Melihat kondisi Pulau Belitung saat ini yang jauh berbeda dengan kunjungan dua tahun sebelumnya, Agustinus Eko Rahardjo berharap Belitung maupun Belitung Timur memiliki melahirkan game changer yang mampu mengubah keadaan.

“Saya terus berharap agar di nusa nan luar biasa keren ini kembali timbul game changer baru. Sosok yang kembali membawa Belitung terangkat ke permukaan,” harap pria yang berperan dalam strategi komunikasi di Kantor Staf Presiden ini. (azm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.