BELITUNG, ONEKLIKNEWS.COM – Pemda Belitung telah berupaya menanggulangi banjir di Kampung Amau, Kelurahan Parit, Tanjungpadan. Diantaranya dengan melakukan normalisasi anak Sungai Siburik pada 2020 lalu.
Hal tersebut dikatakan Bupati Belitung H Sahani Saleh (Sanem) dalam menjawab pandangan umum Fraksi Hanura terkait langkah konket untuk mengatasi fenomena banjir di Kampung Amau.
Sanem menyebutkan Pemkab Belitung sebelumnya berkoordinasi dengan Dinas PUPR Provinsi Babel melalui OPD terkait. Pemkab melalui OPD terkait juga telah melakukan kegiatan pemeliharaan rutin berupa normalisasi saluran Siburik dan drainase lainnya.
Jawaban tersebut disampaikan Sanem dalam Rapat Paripurna ke XXV Masa Persidangan II DPRD Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2020-2021 dengan agenda Jawaban Exsekutif atas pemandangan umum terhadap penyampaian LKPJ Bupati.
“Untuk Sungai Siburik telah dilakukan pengerukan, pendalaman alur sungai (drainase), pelebaran, dan pembangunan talud pada dinding sungai di sepanjang aliran Siburik dengan peninggian pasangan di daerah hilir dan hulunya,” katanya Sanem.
Selain itu Pemkab melalui OPD terkait tersebut juga telah membebaskan lahan untuk embung dan ruang terbuka hijau yang akan berfungsi sebagai daerah resapan air dan menampung limpahan air dari Sungai Siburik.
“Sehubungan dengan tingginya nilai ganti rugi lahan, maka pengadaan lahan untuk embung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilakukan secara bertahap, dan sudah dilakukan sejak tahun 2019,” tukas Sanem.
Sebelumnya diberitakan banjir Kampung Amau menjadi salah satu perhatian Fraksi Partai Hanura DPRD Kabupaten Belitung dalam Rapat Paripurna Pandangan Fraksi Terhadap LKPJ Bupati Tahun Anggaran 2020, Kamis (15/4/2021).
Penyampaian pandangan umum tersebut disampaikan oleh Sekretaris Fraksi Hanura Mahyudin. Menurutnya banjir yang melanda Kampung Amau saat ini tidak lagi dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut.
“Jika kondisi hujan lebat turun setengah jam saja air sudah dipastikan akan naik,” sebut politisi yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III ini.
Banjir Kampung Amau, lanjut Mahyudin, karena pendangkalan parit sebagai aliran utama air menuju laut. Volume parit dinilai tidak lagi mampu menampung debit air yang turun dari drainase.
Selain itu ia juga menilai kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah. Pasalnya banyak masyarakat yang membuang sampah di aliran parit.
“Masalah ini untuk kesekian kalinya dibahas sehingga kami mohon penjelasannya langkah konkrit apa yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah serta kendala apa yang dihadapi dalam menangani hal tersebut?” tanyanya di ditengah paripurna. (co2)